Macam-macam motif batik Indonesia dan keterangannya yang memberi gambaran sekilas tentang ciri khas dan filosofi yang terkandung di dalamnya.
11. Motif Ciptoning
Motif ciptoning ini biasanya dipakai oleh orang yang dituakan
maupun pemimpin. Dengan memekai motif ini, pemakainya diharapkan menjadi
orang bijak dan mampu memberi petunjuk jalan yang benar pada orang lain
yang dipimpinnya. Makna filosofis di balik motis ini sebenarnya bukan
hanya untuk pemimpin, tetapi juga untuk setiap orang agar mampu memimpin
(menempatkan) dirinya sendiri di tengah masyarakatnya.
12. Motif Pari Kesit
Motif ini mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan, harus
dilandasi dengan usaha keras dan kegesitan. Tentu usaha keras dan
kegesitan itu tidak boleh meninggalkan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Usaha keras dan kegesitan dengan cara kotor harus dihindari
karena bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri.
13. Motif Sido Luhur
Motif ini mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang
bertujuan untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran
materi artinya segala kebutuhan ragawi bisa tercukupi dengan bekerja
keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya.
Keluhuran materi sebaiknya diperoleh dengan cara yang benar, halal,
dan sah tanpa melakukan kecurangan atau perbuatan tercela, seperti
korupsi, merampok, mencuri, dan sebagainya. Sebab walaupun merasa cukup
atau bahkan berlebih secara materi, jika harta materi itu diperoleh
secara tidak benar, keluhuran materi belum bisa tercapai.
Keluhuran materi akan lebih bermakna lagi bila harta yang dimiliki
itu bermanfaat bagi orang lain dan bisa diberikan dalam beberapa bentuk,
seperti sumbangan, donasi, hibah, dan sebagainya. Artinya, sejak dulu
masyarakat Indonesia sudah terbiasa saling menolong.
Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk
keluhuran nonmateri. Orang yang bisa dipercaya oleh orang lain atau
perkataannya sangat bermanfaat kepada orang lain tntu akan lebih baik
daripada orang yang perkataannya tidak bisa dipegang dan tidak dipercaya
orang lain.
Orang yang bisa dipercaya oleh orang lain adalah suatu bentuk
keluhuran nonmateri. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat
mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran. Semua ini tidak lepas
dari falsafah hidup orang Jawa, bahwa orang tidak hanya hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga, kerabat, masyarakat, bahkan
lingkungan, dan kepada Tuhan yang menciptakannya.
14. Motif Sido Drajad
Batik sido drajad dipakai oleh besan ketika upacara
pernikahan. Cara pemakaian batiknya juga memiliki nilai pendidikan
tersendiri. Bagi anak-anak, batik dipakai dengan cara sabuk wolo. Pemakaian jenis ini memungkinkan anak-anak untuk bergerak bebas. Secara filosofi, pemakaian sabuk wolo
dartikan bebas moral, sesuai dengan jiwa anak-anak yang masih bebas,
belum dewasa, dan belum memiliki tanggung jawab moral di dalam
masyarakat.
Ketika beranjak remaja, seorang tidak lagi mengenakan batik dengan cara sabuk wolo melaikan dengan jarit. Panjang jarit yang dipakai memiliki arti tersendiri. Semakin panjang jarit, semakin tinggi derajat seseorang dalam masyarakat, dan semakin pendek jarit, semakin pendek pula strata sisial orang tersebut dalam masyarakat.
Bagi orang dewasa, pemakaian batik memiliki pakem yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, wiru diletakkan di sebelah kiri. Sedangkan pada perempuan, wiru diletakkan di sebelah kanan, yang berarti nengeni, seorang putri tidak boleh melanggar kehendak suami.
15. Motif Sido Mukti
Motif sido mukti mengandung makna kemakmuran. Bagi orang Jawa,
hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan,
tentu adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di dunia maupun di
akhirat.
Setiap orang pasti mencari kemakmuran dan ketentraman lahir dan
batin. Kemakmuran dan ketentraman itu tidak akan tercapai tanpa usaha
dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan.
Setiap orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi
kesenangan menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang
lain, dan sebagainya agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan
untuk mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah
satu dambaan masyarakat.
16. Motif Cuwiri
Batik motif cuwiri biasa digunakan pada saat acara mitoni, sebuah tradisi memperingati tujuh bulan usia bayi. Cuwiri
artinya kecil-kecil. Diharapkan pemakainya terlihat pantas dihormati
oleh masyarakat. Sejak kecil, manusia di Jawa sudah memiliki banyak
aturan sesuai dengan falsafah hidupnya dengan tujuan mendapatkan
kemakmuran dan kebaikan.
17. Motif Kawung
Motif kawung bermakna keinginan dan usaha yang keras akan
selalu membuahkan hasil., seperti rejekinya berlipat ganda. Orang yang
bekerja keras pasti akan menuai hasil, walaupun kadang harus memekan
waktu yang lama.
Contohnya, seorang petani yang bekerja giat di sawah, jika tidak ada
hama yang mengganggu, tentu dia akan memanen hasil padi yang berlipat di
kemudian hari. Kerja keras untuk menghasilkan rejeki berlipat akan
lebih bermakna jika dibarengi dengan sikap hemat, teliti, cermat, dan
tidak boros. Namun sayang, budaya kerja keras untuk menuai hasil
maksimal tidak dilakukan oleh semua orang. Apalagi di zaman sekarang, di
mana banyak orang ingin serba instan, orang ingin cepat kaya tanpa
harus bekerja keras. Oleh karena itu, ada saja mereka yang melakukakn
hal-hal tercera untuk mendapatkan keinginannya.
18. Motif Nitik Karawitan
Kebijaksanaan menjadi inti dari filosofi batik bermotif nitik karawitan.
Dengan demikian, para mpemakainya diharapkan akan menjadi orang yang
bijaksana. Itulah mengapa orang-orang yang dituakan dilingkungannya
banyak menggunakan motif ini.
19. Motif Burung Huk
Motif dasar ragam hias motif burng huk adalah seekor anak
burung yang baru menetas, menggeleparkan kedua sayapnya yang masih
lemah, berusaha lepas dari cangkang telurnya, sertan separuh badan dan
kedua kakinya masih berada di dalam cangkang. Motif burung huk juga sering disebut dengan motif burung merak.
Ide dasarnya adalah pandangan hidup tentang kemana jiwa manusia
sesudah mati. Dari gambaran tersebut disimpulkan bahwa kematian hanyalah
kerusakan raga, sedangkan jiwanya tetap hidup menemui Sang Pencipta.
Keunikan motif ini adalah ia selalu hadir bersama dengan motif lainnya,
misalnya ceplokan sebagai selingan motif parang, dalam bentuk yang berbaur dengan motif lainnya.
20. Motif Parang dan Lereng
Motif parang atau lereng menurut pakemnya hanya boleh digunakan oleh sentono dalem (anak dari ratu). Lereng berasal dari kata mereng (lereng bukit). Sejarah batik
motif ini diawali dari pelarian keluarga kerajaan dari Keraton
Kartasura. Para keluarga raja terpaksa bersembunyi di daerah pegunungan
agar terhindar dari bahaya. Mereka berada di daerah-daerah yang sulit
ditinjau musuh. Motif ini bererti juga tapa brata para raja yang
dilakukan di lereng-lereng pegunungan untuk mendapatkan wahyu atau
wangsit. Dalam tapa brata itulah mereka dapat melihat pemandangan gunung dan pegunungan yang berderet-deret sehingga menyerupai pereng atau lereng.
Motif batik parang dan penjelasannya ini memberi pelajaran kepada kita
tentang adat tradisi yang dipegang teguh oleh kalangan keraton.
21. Motif Mega Mendung
Pada bentuk mega mendung, bisa kita lihat garis lengkung dari
bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar
keluar (membesar) yang menunjukkan gerak yang teratur dan harmonis. Bisa
dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral
dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun).
Hal itu kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar
atau menjalani hidup sosial agama). Pada akhirnya, membawa dirinya
memasuki dunia baru menuju ke dalam penyatuan diri setelah melalui
pasang surut (nak dan turun) dan pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah).
Dengan demikian, kita bisa lihat bentuk motif batik mega mendung
selalu terbentuk dari lingkungan kecil yang bergerak membesaar keluar
dan pada akhirnya harus kembali menjadi putaran kecil, tetapi tidak
boleh terputus.
Terlepas dari makna filosofi batik bahwa mega mendung
melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya harus
menyatu, sisi produksi memang mengharuskan bentuk garis lengkung mega mendung bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pewarnaan bisa lebih mudah.
22. Motif Semen Rama
Semen berasal dari kata semi, yaitu tumbuhnya bagian tanaman. Pada umumnya, ornamen pokok pada pola batik motif semen
adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan yang digambarkan dengan
tumbuh-tumbuhan dan binatang berkaki empat, udara digambarkan dengan
awan (mega) dan bintang terbang, serta air atau laut digambarkan dengan
binatang air. Sedangkan rama yang merupakan nama motif semen berasal
dari nama Ramawijaya. Dalam motif semen rama terdapat pesan atau nasihat
Ramawijaya saat penobatan Wibisana sebagai Raja Alengka dalam cerita pewayangan.
Nasihat tersebut termaktub di dalam asta brata (delapan keutamaan bagi seorang pemimpin), yaitu:
a. Endabrata, yaitu pemberi kemakmuran dan pelindung dunia. Dilambangkan dengan pohon hayat.
b. Yamabrata, yaitu menghukum yang bersalah secara adil. Dilambangkan dengan awan atau meru (gunung),
c. Surya brata, yaitu watak matahari yang bersifat tabah. Dilambangkan dengan garuda.
d. Sasibrata, yaitu watak rembulan yang bersifat
menggembirakan dan memberi hadiah kepada yang berjasa. Dilambangkan
dengan ornamen binatang.
e. Bayubrata, yaitu watak luhur. Dilambangkan dengan ornamen burung.
f. Dhanababrata atau kuwerabrat, yaitu watak sentosa dan memberi kesejahteraan pada bawahan. Dilambangkan dengan ornamen binatang.
g. Pasabrata, yaitu berhati lapang tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan. Dilambangkan dengan kapal air.
h. Agnibrata,yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Dilambangkan dengan ornamen lidah api.
23. Motif Semen Ageng
Motif ini tersusun atas beberapa unsur, yaitu pohon hayat yang
menggambarkan pohon kehidupan, kemakmuran, keadilan, dan kekuasaan,
serta simbol kesuburan, burung yang merupakan simbol angin yang bermakna
berbudi luhur, serta garuda menggambarkan matahari yang bersifat jantan
bermakna kekuasaan dan kepemimpinan.
Motif ini memiliki makna seorang pemimpin yang bersifat baik dan
berbudi luhur, adil, dan tabah dalam menghadpi segala rintangan,
mengayomi, dan melindungi rakyatnya serta lingkungan alam sekitar. Motif
ini biasanya digunakan oleh keturunan raja sebagai dodot dan bebet keprajuritan pada saat menghadiri upacara kebesaran keraton.
24. Motif Abstrak
Ini adalah motif yang paling bebas. Motif ini menggabungkan berbagai
unsur warna. Penciptanya mengarahkan arti ini pada kehidupan yang lain:
hidup setelah mati, sehingga penggambarannya abstrak. Walaupun ada
beberapa motif tradisional yang menggambarkan kehidupan setelah mati,
misalnya motif burung huk, tetapi motif ini sering dianggap tidak memiliki jiwa muda.
Oleh karena itu, banyak pencipta desain batik yang menggunakan motif
abstrak yang lebih bebas dan ekspresif dalam menggambarkan kehidupan
setelah mati. Motif ini biasanya digunakan pada lukisan dengan
penggambaran yang bebas dan tidak menggunakan pakem batik seperti pada
umumnya.
Demikianlah penjelasan makna filosofi motif-motif batik yang ada di
nusantara sekarang ini. Jika digali, masih banyak lagi makna filosofi di
balik motif-motif batik lainnya. Apalagi saat ini banyak modifikasi dan
tambahan kreasi di setiap model corak dan motif batik. Kendati
demikian, pada dasarnya motif-motif tersebut memiliki arti filosofi yang
ingin disampaikan pembuatnya menuju kehidupan yang lebih baik.
Di era teknologi sekarang ini, motif batik di Indonesia
akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan industri. Hal
ini merupakan pertanda sangat baik karena akan mendorong masyarakat luas
untuk lebih mencintai batik dan mendukung setiap kegiatan untuk
melestarikan batik. Walhasil, akan memacu kreatifitas pengrajin dan
desainer untuk menciptakan model baju batik yang bernilai seni dan menampilkan keindahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar